Kontroversi seputar Front Pembela Islam FPI kembali kambuh. Haruskah di negara yang demokratis, ormas yang sering terlibat kekerasan dinyatakan terlarang, ataukah, seperti kelompok Ahmadyah, dibiarkan, namun dipagari?. Dikhawatirkan langkah pembiaran akan diambil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang hingga kini memilih diam. Sementara itu keresahan masyarakat meluas, tidak saja tentang FPI, tapi juga tentang stigma stigma yang berkembang. Dua tahun lalu, almarhum mantan Presiden Abdurrachman Wahid, kepada Radio Nederland, mengungkap, siapa sebenarnya yang berdiri di balik FPI.
Alm. Gus Dur: Pak Wiranto itu berbuat banyak kesalahan. Satu, dia melanggar hak-hak azasi manusia. Kedua, dia ini termasuk pendiri dari FPI Front Pembela Islam. Dia bersama Djadja Suparman dan Nurul Djajusman dan banyak lagilah.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para jenderal tentara dan polisi-lah yang membidani lahirnya FPI pada 17 Agustus 1998. Tapi anehnya, hingga kini mereka tidak pernah diusik lagi, secara politik, apalagi secara hukum.
Berikut ini sepak terjang FPI di Indonesia.
1. FPI tetap berulah dengan pola serupa. Kali ini kontroversi bermula dari ulah FPI membubarkan acara sosialisasi kesehatan di sebuah restoran yang digelar oleh Ketua Komisi IX DPR, Dr.Ribka Tjiptaning, didampingi koleganya dari PDIP, Rieke Dyah Pitaloka, di Banyuwangi.
Munarman, mantan Direktur YLBHI yang kini memimpin FUI Front Ummat Islam, mengakui FPI terlibat, dan kelompoknya menganggap acara itu cuma temu kangen PKI.
2. Ahmadiyah sudah lama eksis di bumi pertiwi, selama itu pula kontroversi selalu mengiringi. Kalangan tertentu seperti FPI 'konsisten' menentang keberadaan Ahmadiyah. Konsistensi itu pada akhirnya membuahkan insiden Monas yang diikuti dengan desakan pembubaran FPI.
3. Front Pembela Islam menentang keras kedatangan Miyabi ke Indonesia. Sejumlah intel FPI bahkan telah ditempatkan di sejumlah lokasi untuk memantau informasi mengenai kedatangan bintang porno asal Jepang itu.
4. Front Pembela Islam (FPI) bersikukuh mengecam film "?" garapan sutradara Hanung Bramantyo. Sebab film tersebut dinilai merusak akidah umat Islam.
Hemm.. bakalan bertambah nich,.
Ueforia Manchester City atas Porto di Liga Champions
12 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar